Jumat, 25 Januari 2013

Pendekatan Dan Teknik Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling

A.Pengertian Bimbingan dan Konseling
Mengingat bahwa anak bombing (siswa) adalah hamba Allah yang sedang bertumbuh kembang, dan pertumbuhannya atau perkembangannya tidaksama bagi masing- masing anak bombing, bergantung pada bakat dan kemampuan yang ada padanya.maka system pendekatan terhadap individu anak bimbing hendaknya dilakukan menurut sudut pandan terpadu. 


1.      Pendekatan Psikologis
Sebagai mahluk yang diciptakan oleh tuhan ,anak bimbing harus dipandang menurut tiori homoiestetis.(mekanisme keseimbangan antara berbagai unsur potensi),yakni sebagai manusia ia harus bertumbuh dan berkembang dalam fisik dan mental dalam pola keseimbangan dan keserasian.Antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah saling mempengaruhi satu sama lain secara seimbang dan selaras sehingga menjadikan dirinya manusia dewasa yang sehat dan sejahtera lahir dan batin.
Oleh karena itu, pembimbing hendaknya melihat segi sebagai titik tolak memberikan  bantuan kepada anak bimbing.[1] Hindarilah perbuatan apapun yang dapat menghambat proses pertumbuhan dan berkembangnya, misalya dengan memaksakan keheddak pembimbing terhadap mereka mengatakan apa yang tidak selaras dengan bakat dan kemampuan serta ninat mereka
Jadi dengan kata lain pendekatan psikologis tersebut hendaknya ditujukan  pada usaha pengembangan individual anak bimbing kearah kesehatan rohaniah sehingga akan berakhir dengan terbentuknya keperibadian yang bulat dan sehat.Dalam kepribadian yang demikian itulah, nilai – nilai agama kita akan berkembang menjadi kekuatan pengendali terhadap segala bentuk tingkah lakunya sesari- hari, terutama terhadap dorongan napsu rendah.
2.      Pendekatan Sosiologis
Anak bimbing bukan saja sebagai mahluk individual yang harus dibimbing agar menjadi manusia yang sadar akan kemampuan individualnya.melainkan juga sebagai mahluk social yang mampu mengembangkan dirunya sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan yang sehat jasmani dan rohani. Sebagai mahluk yang bermasyarakat atau (homososius).[2] Kesadaran dengan tanpa orang lain dalam masyarakat, ia taakan bias berbuat apa- apa, dan dengan tanfa bergaul dengan angota masyarakatnya ia taakan memperoleh kesejahteraan dan kebahagian dunia. Suatu tuntutan sosial untuk hidup diatas rasa solidaritas sosial, tanggung jawab sosial, dan rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk, maiu mundurnya hidup bermasyarakat adalah menjadi faktor motivatip dalam kegiatan bimbingan dan konsling karena dengan demikian maka proses. sosialisasi anak bimbing yang dilandasi nilai-nilai keimanan dan takwa, aka mampu membentuk sikap mental demikian.
3.      Pendekatan Kultural
Sebagi mahluk individumahluk dan sekaligus mahluk sosial anak bimbing juga mahluk kultural (berkebudayaan), kairena ia hidup dan ditempa oleh lingkunganya. Dalam tingkah laku baik bathiniah maupun lahiriah, manusia adalah menjadi cermin dari lingkungan kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayan menjadi perkembangan hidup manusia merupakan salah satu faktor penting yang dapat membentuk watak dan kepribadianya sebab tidak ada suatu jenis kebudayaan dan sebaliknya manusia sebagai mahlik pribadi (individual) maupun sosial dalam proses perkembangan menuju kedewasaannya tidak bias terlepas dari kebudayaan lingkunggan.
Keaneka ragaman corak budaya yang mempengaruhi perkembangan mereka itu diperbesar lagi oleh keaneka ragaman suku, dan kedaerahan serta agamanya, maka ciri  dan watak masing-masing dari mereka pun akan nampak berbeda-beda pula. Meskipun demikian keadaanya, hendaknya para pembimbing memandang bahwa masing-masing individu adalah mahluk yang berkembang dan bertumbuh kearah titik optimal kedewasaannya.
Disinilah letak pentingnya pembimbing memperhatikan dan menyadari tentang keaneka ragaman watak, ciri kpribadian yang masing-masing mengandung kemungkinan untuk dirubah melalui bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaan kegiatan program bimbingan dan konseling agama perlu dilekatkan pada kemampuan anak bimbing untuk melakukan seleksi pola kebudayaan mana yang bisa memberi keuntungan bagi hidupnya saat ini dan yang akan datang atas dasar nilai-nilai keimanan dan ketaqwaannya.
4.      Pendekatan Religius
Manusia sebagai homo religious atau homo dipinans (Mahluk ber-Tuhan) hamba Allah yang diciptakan olehnya dengan kelengkapan-kelengkapan dasar, antara lain, bakat beragama dan bakat berbakti kepada Maha Pencipta. Dalam diri pribadi manusia telah ditanamkan benih yang disebut insting agama (insting religious atau naturaliter religion) yang menurut Al-Qur’an disebut kecendrungan kearah beragama (Hanifan Musliman) yang dapat dikembangkan melalui pendidikan atau bimbingan yang cukup baik.[3]
Dengan kata lain, manusia meskipun telah diberi fitrah diniah, bila tanpa memperoleh kesempatan pendidikan atau bimbingan dan konsling yang cukup memadai ia sudah pasti tidak akan mampu mencapai titik optimal perkembanganya yang positif dan konstruktif. Oleh karena itu pendekatan diri inilah yang paling penting bagi pelaksanaan program bimbingan dan konsling sedangan pendekatan lainya harus dapat dijadikan pendukung akan suksesnya program bimbingan dan konsling.
5.      Pendekatan Kependidikan (Paedagogis)
Sistem pendekatan lainya ialah pendekatan kependidikan (Paedagogis) yang memandang manusia sebagai mahluk yang harus di didik (homo endocandum). Karena potensi kejiwaan yang memiliki kemungkinan berkembang kearah kematangan perlu pendidikan yang tepat. Tanpa di bimbing, potensi kejiwaan tersebut tidajk akan sampai pada titik optimal perkembanganya yang menguntungkan diri anak bimbing.
Meskipun terdapat banyak system pendekatan akaan tetapi perlu dijadikan pegangan oleh para pembimbing ialah suatu pandangan bahwa anak bimbing sebagai mahluk Tuhan yang sedang tumbuh dan berkembang, selalu membutuhkan bimbingan dari orang dewasa, terutama pada saat menghadapi kesulitan-kesulitan hidup,baik waktu belajar maupun waktu berhubungan dengan orang lain, dengan masyarakat serta alam sekitar.
B.Tehnik Bimbingan dan konseling
1.      Tehnik-tehnik memahami Individu
Untuk memahami siswa dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing perlu sekali mengumpulkan berbagai katerangan atau data tentang masing-masing siswa.Data yang terkumpul akan menentukan tingkat pemahaman dan jenis bantuan yang diberikan.Dalam mengumpulkan data yang perlu dibahas, seperti
a.       Pengertian Pengumpulan data
b.      Tujuan Pengumpulan data
c.       Criteria pengumpulan data yang bermutu
d.      Tehnik pengumpulan data terbagi atas 2 yaitu :
1.      Tehnik tes
2.      Tehnik non tes
2.      Tehnik Membantu Individu
Tehnik pemberian bantuan pada garis besarnya dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan yaiti :
1.      Pendekatan secara berkelompok (Grup Guidence)
a.       Home room program
b.       Karya Wsata atau field trif
c.       Diskusi Kelompok
d.       Kegiatan Kelompok
e.       Organisasi Siswa
f.        Sosiodrama
g.       Psikodrama
h.       Remedial Teaching
2.      Consling Individu (Individual Counsling)
a.       Directive Counslling
C.Langkah-langkah Membantu Individu 
a.       Laangkah Indentifikasi masalah.
b.      Langkah Diagnosis.
c.       Langkah Prognosis.
d.      Langkah Terapi  (konsling).
e.       Langkah Evaluasi dan fallow-up.
KESIMPULAN
Dengan demikian maka kami simpulkan bahwasanya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah maka dengan mengingat bahwa anak bimbing (siswa) adalah hambah Allah yang sedang berkembang dan tumbuh, dan perkembangannya atau pertumbuhan tidak sama bagi masing-masing anak bimbing tergantung pada bakat dan kemampuan yang ada pada dirinya, maka dengan system pendekatan terhadap individu hendaknya dilakukan serta teknik-teknik apa yang tepat dalam peroses bimbingan dan konseling.
 
DAFTAR PUSTAKA
Rusmaini.2002.Bimbingan dan Konseling,Palembang :IAIN Raden Fatah Press.
Suryana Ermis.2010. Bimbingan dan Konseling,Palembang : Grafika Telindo Prees.
Tohirin.2007.Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

[1]Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling,(Palembang :Grafika Telindo Prees,2010)hal.89
[2] Rusmaini,Bimbingan dan Konseling,(Palembang:IAIN Raden Fatah Press,2002)hal.39
[3]. Tohirin, Bimbingan dan Konseling disekolah dan madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007)hal:326

Tidak ada komentar:

Posting Komentar